Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair) Chairul Anwar Nidom telah mengidentifikasi Covid-19 varian baru yang disebutnya lebih mengkhawatirkan. Temuan itu berdasarkan data analisis bioinformatik yang berasal dari GISAID Initiative—organisasi nirlaba internasional yang mempelajari genetika virus.
Menurut Nidom, pihaknya di Laboratoriun Profesor Nidom Foundation (PNF) sudah menengarai terkait dengan munculnya varian baru. “Tapi bukan Delta Plus, di kami namanya B1446.2B,” ujar Nidom saat dihubungi Jumat malam, 30 Juli 2021, sambil menambahkan bahwa varian itu termasuk dalam varian Delta, selain B1617.2 dan B1617.1
Nidom menjelaskan, varian ini memiliki struktur delesi—mutasi yang berefek merusak pada protein yang dihasilkan, lebih daripada substitusi. Menariknya, kata dia, B1446.2B memiliki isolat protein yang berasal dari Indonesia, bukan impor. “Jadi mutasi virus akibat tekanan yang terjadi di alam Indonesia, dan lebih mengkhawatirkan dari varian Delta lainnya,” tutur dia.
Dari segi karakter virus, dia mengatakan varian jenis Delta ini secara umum memiliki percepatan perbanyakan diri dalam tubuh inang yang sangat tinggi. Jadi, jika dites polymerase chain reaction (PCR), nilai batas ambang siklus virus (CT Value) rendah antara 10-18, bahkan ada yang di bawah 10 (semakin rendah angkanya, semakin tinggi jumlah virusnya atau per satuan waktu replikasinya lebih banyak).
Namun anehnya, Ketua Tim PNF itu menambahkan, jika ditanam di sel kultur—biakan sel yang digunakan untuk menumbuhkan virus yang berasal dari spesimen swab nasofaring atau trachea—agak sulit tumbuh.
Jadi, setelah PCR positif, umumnya virus itu sudah tumbuh di dalam biakan sel karena punya reseptor khusus. Artinya, profesor di Fakultas Kedokteran Hewan Unair itu berujar, ada dua kemungkinan, varian ini umumnya mampu memperbanyak diri secara cepat sehingga cepat menular atau mempunyai reseptor bukan pada angiotensin converting enzyme 2 (ACE2), tapi pada reseptor lain yang bukan berada di saluran pernapasan. “Sehingga menjadi penting upaya pelacakan varian Covid-19 varian di darah.”
Varian Delta lainnya adalah Delta Plus atau dikenal sebagai B.1.617.2.1 atau AY 1. Ini menjadi subvarian baru yang menarik perhatian komunitas medis karena memiliki mutasi yang memungkinkan virus menyerang sel paru-paru dengan lebih baik dan berpotensi lolos dari vaksin.
WebMD, pekan lalu melaporkan Delta Plus telah ditemukan di Amerika Serikat, Inggris, dan hampir selusin negara lain. Sementara India—tempat pertama kali varian ini diidentifikasi pada Februari—telah melabeli varian itu sebagai “variant of concern”, sedang Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO belum.